Sabtu, 01 September 2018

Tentang Saya

Assalamualaikum Bunda semuanya ....
Perkenalkan, saya Dedeh Sri Ulfah. Ibu dari dua orang putra dan dua orang putri. Serta istri dari seorang suami yang alhamdulillah selalu mendukung cita-cita istrinya. Saat ini kami tinggal di Bandung.

Oh iya, profil saya telah dimuat di web emakpintar.org berikut ini:

http://emakpintar.org/content/9904/sering-mendapatkan-informasi-seputar-naskah-yang-dibutuhkan-penerbit.html

Saya ibu rumah tangga sepenuhnya yang suka memanfaatkan waktu luang dengan mengibur diri. Hiburan saya itu membaca novel, menulis, serta berbisnis. Alhamdulillah bisnis kurma dan oleh-oleh haji masuk tahun kedua. Sedangkan dalam dunia menulis, beberapa buku solo dan antologi sudah terbit. Berikut beberapa fotonya:

Ini buku pertama saya dan diterbitkan oleh Penerbit Progressio

Ini buku pertama setelah mengikiti Sekolah Perempuan, diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo

Ini diterbitkan Quanta Kids, kelompok Elexmedia

Nampaknya, itu dulu. Buku yang lain belum saya siapkan fotonya. :)

Terima kasih sudah berkenan mampir dan membaca blog yang masih bayi dan sederhana ini, semoga bermanfaat. Wassalam.







Celoteh Anak

sumber: dokumen pribadi


Bunda yang sudah memiliki anak pasti punya hobi yang sama, menonton tingkah anak yang menggemaskan, betul tidak? Kalau saya sih iya. Celotehan mereka itu orisinil banget. kadang bikin spontan tertawa, tapi kadang justru bikin kita berkerut kening. Kok bisa ya anak sekecil itu bicara demikian.

Sayang banget saya dulu nggak rajin mendokumentasikan celoteh dan polah mereka. Jadi sekarang hanya ingat sebagian kecil aja. Nah, biar yang sedikit itu tak hilang dari ingatan, sengaja saya akan menyimpannya di sini.

1. Kangen Papa

Tiap papa nya pulang kantor, Kakak pasti protes sama papanya, "Papa mah puyannya yama-yama aja, Wafa kan tanen." (Papa mah pulangnya lama-lama aja, Wafa kan kangen). Bikin papanya meleleh dan langsung menggendong dan menciuminya dengan gemas.

2. Kita Makan Yuk!

Saat Bunda hamil adiknya, Kakak sering banget ngusap-usap perut Bunda. Saat mau makan dia ngusap perut sambil bilang, "Ade, kita makan yuk. Aa juga mau makan."

3. Bapaa Mau Kemana?

Saat usianya sekitar tiga tahun, Kakak sering berdiri memegang pagar depan rumah. Setiap orang yang lewat selalu dia sapa. "Bapaaa mau kemana? Ibu mau kemana? Teteh lagi ngapain." Sampai-sampai mertua merasa khawatir ada yang nyulik dia saking ramahnya sama semua orang.

Pebisnis yang Beruntung


Assalamualaikum Adik-adik, kita bertemu lagi dalam seri 10 Sahabat Dijamin Surga. Kali ini kita akan mengetahui kisah sahabat Utsman bin Affan. Seorang sahabat yang juga menjadi mennatu Nabi. beliau merupakan khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab wafat. Mari kita simak kisahnya baik-baik, yaa :)

Pebisnis yang Beruntung
sumber gambar: pixabay.com


Saat itu Madinah tengah dilanda kekeringan yang dahsyat. Kaum muslimin mencoba bersabar. Tetapi saat melihat bocah-bocah ikut menderita, mereka tidak bisa berdiam diri. Hari itu, beberapa orang utusan menghadap khalifah Abu Bakar Siddiq. 

"Mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh. Semoga Allah menurunkan pertongannya sebelum malam tiba."

Khalifah Abu Bakar adalah seorang lelaki yang lembut dan baik hati. Beliau amat bersedih dengan kondisi rakyatnya saat itu. Kondisi beliau pun tidak lebih baik dari rakyatnya. 

Sore hari itu, kota Madinah dihebohkan dengan kedatangan kafilah dagang. Seribu unta berbaris memenuhi jalan. Masing-masing unta itu memuat bahan makanan serta berbagai kebutuhan sehari-hari.

"Kafilah dagang siapakah ini?" tanya seseorang.

"Kabarnya ini kafilah dagang milik Utsman bin Affan," jawab temannya.

Mendengar kedatangan kafilah dagang penuh muatan, para tengkulak pun mencegat Utsman sebelum masuk ke tengah kota. 

"Saat ini penduduk Madinah tengah amat membutuhkan barang-barang ini. Mereka pasti mau membeli dengan harga tingga," bisik seorang tengkulak.

"Aku pun berpikir demikian. Maka keuntungan besar menanti kita haha .... " sahut temannya.

Mereka pun membujuk Utsman agar menjual dagangannya pada mereka.

"Juallah pada kami, kami akan memberikanmu keuntungan dua kali lipat."

"Terima kasih atas tawarannya, Tuan-tuan. Tapi saya sudah berjanji akan memberikan pada yang sudah menawar terlebih dahulu. Beliau menjanjikan keuntungan yang jauh lebih besar," jawab Utsman sambil tersenyum.

"Kalau begitu tawarannya kami naikan, berapa Tuan menginginkan keuntungan? Kami bisa memberikan keuntungan tiga sampai lima kali lipat."

Demi keuntungan besar di depan mata, mereka rela membayar harga tinggi pada Utsman. Namun Utsman hanya menggeleng.

"Maaf Tuan, sudah ada yang menawar lebih tinggi lagi. Beliau menjanjikan keuntungan sepuluh kali lipat," jawab Utsman dengan yakin.

Para tengkulak menjadi tidak sabar mendengarnya.

"Di Madinah ini tidak ada lagi pedagang besar selain kami. Tuan jangan coba-coba menipu kami. Mana ada yang mau membayar sepuluh kali lipat?"

"Tentu saja ada. Allah. Dia menjanjikan keuntungan sepuluh kali lipat jika berniaga dengan-Nya. Apakah Tuan-tuan sanggup membayar lebih lagi?"

Mereka pun menyerah. Mereka baru mengerti arah pembicaraan Utsman. 

"Jika demikian maka kami menyerah."

Perkataan Utsman bukan gertakan belaka, beliau menemui khalifah Abu Bakar.

"Saksikanlah wahai Sahabatku, seluruh unta beserta muatannya ini aku sumbangkan demi mengharap ridha Allah."

Abu Bakar memeluk sahabatnya dengan erat. Lelaki berhati lembut itu meneteskan air mata. Betapa pertolongan Allah itu amat dekat. Baru tadi siang rakyatnya datang mengadu, belum sampai malam pertolongan-Nya sudah datang.

Penduduk Madinah hari itu bersuka cita. Mereka mengantri dengan tertib untuk mendapat bantuan secukupnya. Utsman tersenyum bahagia menyaksikan kebahagiaan semua orang. Tak henti-hentinya beliau mendapatkan doa tulus dari mereka.

Benarlah janji Allah, menyumbangkan seribu ekor unta penuh muatan tak mumbuat Utsman jatuh bangkrut. Sebaliknya, perniagaan & kekayaannya semakin berkah dan melimpah ruah


tag: sahabat dijamin surga, Utsman bin Affan, berbagi, dermawan, sahabat Nabi, pebisnis

Istana Sang Pemimpin Agung

Assalamualaikum, Adik-adik. Bertemu lagi dalam seri 10 Sahabat Dijamin Surga. Kali ini kalian akan membaca kisah sahabat Umar bin Khattab. Beliau mendapat gelar Al Faruq, artinya pembeda. Diberi gelar ini karena beliau dengan tegas mampu membedakan mana kebenaran dan mana kebatilan. Beliau menjadi khalifah (presiden) kedua setelah Abu Bakar wafat. Selamat membaca J

Istana Sang Pemimpin Agung 
sumber gambar: pixabay.com


Seorang lelaki Mesir memasuki kota Madinah dengan dengan wajah masam. Hatinya diliputi kekesalan, kemarahan, serta ketidakpuasan. Tujuannya datang ke Madinah adalah untuk mengajukan tuntutan pada pemerintah.

Lelaki Yahudi itu sebenarnya belum mengenal pemimpinnya. Yang ia tahu saat ini pemerintahan kaum muslimin sudah sedemikian luas dan besar. Sebuah negeri yang tengah berjaya tentu pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan, pikirnya.

"Aku ingin bertemu khalifah Umar bin Khattab. Di mana istananya?" dia bertanya pada seseorang yang pertama ditemuinya.

"Sebentar lagi Dzuhur, beliau selalu shalat di masjid itu. Lalu setelah itu beliau biasa beristirahat di bawah pohon kurma," lelaki Madinah itu menjelaskan.

"Sebuah istana yang dinaungi pohon kurma, pasti mewah dan megah sekali." Lelaki Mesir itu bergumam dengan hati kian membenci.

Saat melihat masjid lelali itu menjadi kebingungan. Ia tak melihat sebuah istana megah seperti bayangannya. Di sana memang ada pohon kurma, tapi hanya satu batang. Di bawah pohon kurma itu seorang lelaki tinggi besar tengah bersandar sambil tidur ayam.

Dengan ragu dihampirinya lelaki itu. "Aku ingin bertemu Umar bin Khattab," lelaki Yahudi Mesir itu berkata pelan.

"Ya, aku Umar bin Khattab," lelaki tinggi besar yang ternyata Umar itu menjawab dengan ramah.

"Maksudku Umar khalifah, pemimpin negeri ini," si Yahudi merasa ragu. Lelaki tinggi besar di depannya sama sekali tidak seperti pemimpin dalam bayangannya. Ia memakai baju kusam dan sederhana. Sungguh jauh berbeda dengan para rahib Yahudi yang selalu tampil mewah. Apalagi para raja mareka, jauh lebih mewah lagi.

"Di mana istana Tuan?" si lelaki masih penasaran. Ia yakin Umar memiliki istana yang megah.

"Rumahku di ujung jalan itu."

"Rumah yang sederhana dan kusam itu?"

"Benar. Tetapi itu bukan istanaku. Istanaku berada dalam hatiku yang selalu mengingat Allah," Umar tersenyum.

Melihat penampilan dan kehidupan sederhana khalifah Umar, mencairlah kemarahan dalam hati lelaki Yahudi itu. Ternyata pemimpin besar kaum muslimin itu tidak bermegah-megahan seperti bayangannya. Ia bersama kaumnya yang berada dalam wilayah kekuasaan kaum muslimin, telah berprasangka buruk selama ini.

Sebuah negara besar dan makmur namun kepala negaranya berpenampilan amat bersahaja. Sesuatu yang amat langka di dunia ini.

Hidayah turun menghampiri lelaki Yahudi Mesir tersebut. Ia memeluk Islam dengan sepenuh hati. Disaksikan khalifah Umar yang dikaguminya. Sang pemimpin agung.


tag: Umar bin Khattab, sahabat dijamin surga, pemimpin saleh

Lelaki yang Sangat Hati-hati


Adik-adik, mulai saat ini insya Allah kalian akan dapat membaca seri 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga di blog ini. Kalian akan menemukan kisah orang –orang yang sangat istimewa. Alangkah baiknya jika kita dapat meneladani mereka.
Kita mulai dengan sahabat Abu Bakar Shiddiq.
Beliau merupakan sahabat Nabi Muhammad Saw. sejak belia. Mendapat gelar Shiddiq karena beliau yang bertama membenarkan atau beriman kepada Nabi Muhammad.

Lelaki yang Sangat Hati-hati
sumber gambar: fixabay.com


"Makanan haram yang masuk ke dalam perut, maka neraka lebih berhak baginya." Suara lantang dan berwibawa Nabi terus terngiang di kepala Abu Bakar. Lelaki bergelar As Siddiq (benar) itu tak pernah meragukan kebenaran ucapan sahabat tersebut. Mereka sudah bersahabat dari kecil, bahkan dari sebelum lelaki mulia itu mendapat gelar Al Amin (terpercaya).

Kini Abu Bakar memiliki kebiasaan baru. Ia tak akan menyentuh makanan yang dihidangkan pelayannya sebelum bertanya. "Dari mana asal makanan ini? Dari mana asal minuman ini? Apakah makanan ini halal? Apakah minuman ini halal?"

Pelayannya selalu menjawab dengan jujur. Mereka mentaati tuannya bukan karena takut tetapi karena hormat. Abu Bakar memang lelaki yang lembut dan penyayang.

"Makanan ini halal dan berasal dari harta yang halal dan minuman ini halal dan berasal dari harta yang halal, Tuan."

Abu Bakar baru merasa lega dan mau menyantap makanannya setelah mendapat jawaban memuaskan itu.

Abu Bakar merupakan seorang saudagar yang kaya raya. Beliau menjalankan usahanya dengan jujur tanpa kecurangan sedikit pun. Sehingga, semua uang yang beliau belanjakan yakin halal. Dan makanan beliau pun terjamin kehalalannya.

Meski demikian, lelaki berhati lembut itu selalu merasa takut jika darahnya tercemar makanan haram meski sedikit. Dan bertanya status kehalalan makanan yang akan disantap, adalah ikhtiar beliau.

Demikianlah dialog itu diulang setiap kali waktu makan. Hingga suatu hari Abu Bakar melewatkan kebiasaan baiknya tersebut.

Suatu lelaki murah senyum tersebut merasa mulai lapar. Dilihatnya makanan sudah dihidangkan oleh pelayan. Abu Bakar mengambilnya dan mulai menyuapkan ke mulutnya. Satu suapan telah melalui kerongkongannya saat pelayannya terkejut dan bertanya.

"Maaf Tuan, mengapa Tuan tidak bertanya asal makanan itu seperti biasa?"

Abu Bakar menghentikan suapannya dan menangkap ada yang tidak beres.

"Memangnya makanan ini dari mana asalnya?"

Ketakutan tergambar di wajah pelayan tersebut. "Dulu aku pernah membantu seorang tukang jampi. Saat itu saya belum mendapatkan imbalan. Tadi orang itu datang dan memberikan makanan tersebut sebagai upahku."

Wajah lelaki saleh itu langsung pucat. Tanpa pikir panjang beliau memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Berusaha untuk mengeluarkan makanan yang telah terlanjur masuk ke dalam perutnya.

Beberapa menit berlalu, beliau sudah memuntahkan makanan. Pelayannya berdiri dengan gugup dan penuh rasa bersalah. Ia telah siap menerima hukuman apa pun atas keteledorannya.

"Lain kali jangan ulangi lagi memberikan makanan yang tidak halal bagiku. Nabi telah bersabda, 'Makanan yang masuk ke dalam perut makan api neraka lebih berhak untuknya.'"

Pelayan itu mengangguk patuh. Dicatatnya baik-baik petuah tuannya dalam ingatan. Tuannya yang baik hati itu memaafkan kelalaiannya dengan mudah.

Kini beliau menangis memohon ampunan Allah atas keteledorannya. Beliau sangat mengkhawatirkan makanan haram yang sempat masuk ke perutnya. Meski beliau tidak sengaja melakukannya.

Kehati-hatian Abu Bakar mengenai status halal makanannya, telah menjadi teladan bagi pelayan serta bagi kita semua.



Tag: sahabat Nabi, sahabat dijamin surga, Abu Bakar, hati-hati

Tentang Saya

Assalamualaikum Bunda semuanya .... Perkenalkan, saya Dedeh Sri Ulfah. Ibu dari dua orang putra dan dua orang putri. Serta istri dari seora...