Assalamualaikum,
Adik-adik. Bertemu lagi dalam seri 10 Sahabat Dijamin Surga. Kali ini kalian
akan membaca kisah sahabat Umar bin
Khattab. Beliau mendapat gelar Al
Faruq, artinya pembeda. Diberi gelar ini karena beliau dengan tegas mampu
membedakan mana kebenaran dan mana kebatilan. Beliau menjadi khalifah
(presiden) kedua setelah Abu Bakar wafat. Selamat membaca J
Istana Sang Pemimpin Agung
sumber gambar: pixabay.com
Seorang lelaki Mesir memasuki kota Madinah dengan dengan wajah masam. Hatinya diliputi kekesalan, kemarahan, serta ketidakpuasan. Tujuannya datang ke Madinah adalah untuk mengajukan tuntutan pada pemerintah. Lelaki Yahudi itu sebenarnya belum mengenal pemimpinnya. Yang ia tahu saat ini pemerintahan kaum muslimin sudah sedemikian luas dan besar. Sebuah negeri yang tengah berjaya tentu pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan, pikirnya. "Aku ingin bertemu khalifah Umar bin Khattab. Di mana istananya?" dia bertanya pada seseorang yang pertama ditemuinya. "Sebentar lagi Dzuhur, beliau selalu shalat di masjid itu. Lalu setelah itu beliau biasa beristirahat di bawah pohon kurma," lelaki Madinah itu menjelaskan. "Sebuah istana yang dinaungi pohon kurma, pasti mewah dan megah sekali." Lelaki Mesir itu bergumam dengan hati kian membenci. Saat melihat masjid lelali itu menjadi kebingungan. Ia tak melihat sebuah istana megah seperti bayangannya. Di sana memang ada pohon kurma, tapi hanya satu batang. Di bawah pohon kurma itu seorang lelaki tinggi besar tengah bersandar sambil tidur ayam. Dengan ragu dihampirinya lelaki itu. "Aku ingin bertemu Umar bin Khattab," lelaki Yahudi Mesir itu berkata pelan. "Ya, aku Umar bin Khattab," lelaki tinggi besar yang ternyata Umar itu menjawab dengan ramah. "Maksudku Umar khalifah, pemimpin negeri ini," si Yahudi merasa ragu. Lelaki tinggi besar di depannya sama sekali tidak seperti pemimpin dalam bayangannya. Ia memakai baju kusam dan sederhana. Sungguh jauh berbeda dengan para rahib Yahudi yang selalu tampil mewah. Apalagi para raja mareka, jauh lebih mewah lagi. "Di mana istana Tuan?" si lelaki masih penasaran. Ia yakin Umar memiliki istana yang megah. "Rumahku di ujung jalan itu." "Rumah yang sederhana dan kusam itu?" "Benar. Tetapi itu bukan istanaku. Istanaku berada dalam hatiku yang selalu mengingat Allah," Umar tersenyum. Melihat penampilan dan kehidupan sederhana khalifah Umar, mencairlah kemarahan dalam hati lelaki Yahudi itu. Ternyata pemimpin besar kaum muslimin itu tidak bermegah-megahan seperti bayangannya. Ia bersama kaumnya yang berada dalam wilayah kekuasaan kaum muslimin, telah berprasangka buruk selama ini. Sebuah negara besar dan makmur namun kepala negaranya berpenampilan amat bersahaja. Sesuatu yang amat langka di dunia ini. Hidayah turun menghampiri lelaki Yahudi Mesir tersebut. Ia memeluk Islam dengan sepenuh hati. Disaksikan khalifah Umar yang dikaguminya. Sang pemimpin agung. |
Sabtu, 01 September 2018
Istana Sang Pemimpin Agung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Saya
Assalamualaikum Bunda semuanya .... Perkenalkan, saya Dedeh Sri Ulfah. Ibu dari dua orang putra dan dua orang putri. Serta istri dari seora...
-
sumber: dokumen pribadi Bunda yang sudah memiliki anak pasti punya hobi yang sama, menonton tingkah anak yang menggemaskan, betul ...
-
Assalamualaikum Bunda semuanya .... Perkenalkan, saya Dedeh Sri Ulfah. Ibu dari dua orang putra dan dua orang putri. Serta istri dari seora...
-
Assalamualaikum Adik-adik, kita bertemu lagi dalam seri 10 Sahabat Dijamin Surga. Kali ini kita akan mengetahui kisah sahabat Utsman bin A...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar